Press "Enter" to skip to content

Wacana Kurikulum Baru: Bagaimana Pakar UGM Mengajukan Bidang Studi Pertanian untuk Kesejahteraan Agraria

Wacana mengenai kurikulum baru kembali mengemuka, kali ini datang dari seorang pakar Universitas Gadjah Mada (UGM) yang secara serius mengajukan penambahan studi pertanian ke dalam rancangan pembelajaran nasional. Usulan ini dilandasi oleh keprihatinan terhadap menurunnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian dan urgensi untuk mencapai kesejahteraan agraria yang berkelanjutan di Indonesia. Mengintegrasikan pengetahuan pertanian sejak dini dianggap sebagai langkah strategis.

Bayu Dwi Apri Nugroho, seorang pengamat dari UGM, adalah inisiator di balik gagasan ini. Ia berpendapat bahwa studi pertanian perlu diperkenalkan tidak hanya di tingkat universitas, melainkan sudah dimulai dari jenjang sekolah dasar, menengah pertama, hingga menengah atas. Dengan paparan dini terhadap bidang pertanian, diharapkan siswa dapat memahami pentingnya sektor ini, prospek karier yang luas, serta inovasi-inovasi yang terjadi di dalamnya. Hal ini krusial untuk mengatasi krisis regenerasi petani, di mana jumlah petani muda semakin menipis dibandingkan dengan petani senior.

Selain usulan terkait studi pertanian dalam kurikulum, Bayu Dwi Apri Nugroho juga menekankan pentingnya peran pemerintah pusat dan daerah dalam mendukung inisiatif ini. Dukungan tersebut dapat diwujudkan melalui pembangunan fasilitas pembelajaran yang inovatif, seperti agrowisata dan agroedutechnopark. Fasilitas semacam ini akan memungkinkan siswa untuk belajar secara langsung tentang praktik pertanian modern, teknologi pertanian terkini, dan manajemen agribisnis, menjadikan pembelajaran lebih menarik dan aplikatif. Pada diskusi publik di Balai Kota Yogyakarta, 18 Maret 2025, perwakilan Dinas Pertanian setempat menyambut baik ide fasilitas edukasi pertanian modern.

Pemaparan ide ini disampaikan oleh Bayu dalam sebuah webinar nasional yang diselenggarakan pada 11 Januari 2024. Ia optimis bahwa dengan memasukkan studi pertanian ke dalam kurikulum kebangsaan, Indonesia tidak hanya akan mampu mencapai swasembada pangan, tetapi juga menjadi pemain utama dalam ekspor produk pertanian global. Lebih jauh lagi, langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh pelaku pertanian dan masyarakat agraria secara keseluruhan. Kolaborasi erat antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dan Kementerian Pertanian akan menjadi kunci keberhasilan dalam merumuskan dan mengimplementasikan kurikulum yang relevan serta menyediakan infrastruktur pendukung yang memadai.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.