Press "Enter" to skip to content

Urban Farming: Menanam di Tengah Kota, Solusi Pangan Masa Depan?

Keterbatasan lahan di perkotaan seringkali dianggap sebagai penghalang utama untuk bercocok tanam. Namun, konsep urban farming hadir sebagai angin segar, menawarkan solusi inovatif untuk menghasilkan pangan di tengah hiruk pikuk metropolitan. Apakah praktik urban farming ini benar-benar dapat menjadi jawaban atas tantangan ketahanan pangan di masa depan?

Pertanian perkotaan mencakup berbagai metode bercocok tanam di lingkungan perkotaan. Mulai dari memanfaatkan lahan sempit di pekarangan rumah, atap gedung, dinding vertikal, hingga lahan-lahan terlantar yang disulap menjadi kebun produktif. Berbagai teknik diterapkan, seperti hidroponik, aquaponik, vertikultur, dan penanaman konvensional dalam skala kecil.

Salah satu keunggulan utama praktik ini adalah kemampuannya untuk mendekatkan sumber pangan dengan konsumen. Hal ini secara signifikan dapat mengurangi biaya transportasi dan emisi karbon yang biasanya timbul dari rantai pasok pangan konvensional. Selain itu, hasil panen cenderung lebih segar karena waktu tempuh dari kebun ke meja makan relatif singkat.

Di berbagai belahan dunia, inisiatif pertanian perkotaan telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Di New York City, misalnya, terdapat ratusan kebun komunitas yang tidak hanya menghasilkan pangan tetapi juga mempererat hubungan antar warga. Sementara itu, di Singapura, pemanfaatan atap gedung untuk pertanian telah menjadi bagian dari program ketahanan pangan nasional.

Kepolisian Sektor Metro Jaya Pusat pada hari Sabtu, 10 Mei 2025, mencatat peningkatan signifikan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertanian perkotaan di wilayah Jakarta Pusat selama beberapa bulan terakhir. Data yang dihimpun oleh Briptu Anita, petugas Bhabinkamtibmas Kelurahan Kebon Sirih, menunjukkan bahwa lebih dari 50 kelompok masyarakat aktif mengembangkan praktik ini di lingkungan tempat tinggal mereka.

Meskipun demikian, tantangan dalam mengembangkan pertanian perkotaan di perkotaan tetap ada. Keterbatasan lahan, kurangnya pengetahuan teknis, dan regulasi yang belum sepenuhnya mendukung menjadi beberapa kendala yang perlu diatasi. Namun, dengan dukungan dari pemerintah, komunitas, dan inovasi teknologi, praktik ini memiliki potensi besar untuk menjadi bagian penting dari sistem pangan masa depan yang lebih resilien dan berkelanjutan.

Informasi lebih lanjut mengenai teknik pertanian perkotaan dapat ditemukan pada panduan daring yang diterbitkan oleh Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, berbagai komunitas pertanian perkotaan aktif berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui media sosial dan pertemuan rutin. Mari bersama-sama menjadikan kota tempat yang lebih hijau dan mandiri pangan melalui pertanian perkotaan.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.