Sektor agrikultur global menghadapi risiko kritis yang semakin meningkat akibat kenaikan kadar garam di dalam lahan pertanian. Fenomena yang dikenal sebagai salinisasi tanah ini merupakan ancaman serius terhadap ketahanan pangan dunia, mengurangi produktivitas lahan secara drastis dan berpotensi memicu krisis pangan jika tidak ada intervensi yang cepat dan tepat. Memahami skala dan dampak risiko kritis ini adalah langkah awal untuk merumuskan solusi berkelanjutan.
Menurut laporan terbaru dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), kenaikan kadar garam di tanah dapat menyebabkan penurunan hasil panen hingga 70 persen. Hal ini terjadi karena garam yang berlebihan menghambat kemampuan tanaman untuk menyerap air dan nutrisi esensial dari tanah, menyebabkan stres pada tanaman dan pada akhirnya, kematian. Kondisi ini membuat lahan pertanian yang awalnya subur menjadi kurang produktif atau bahkan tidak bisa ditanami sama sekali.
Saat ini, sekitar 1,4 miliar hektar lahan di seluruh dunia, atau sekitar 10 persen dari total daratan, sudah terpengaruh oleh salinisasi. Angka ini mengkhawatirkan, ditambah lagi dengan estimasi satu miliar hektar lahan lainnya yang berada dalam risiko kritis untuk mengalami masalah serupa. Skala masalah ini menunjukkan bahwa salinisasi tanah bukan lagi isu lokal, melainkan tantangan agrikultur mendunia yang membutuhkan perhatian serius dari komunitas internasional.
Penyebab utama dari risiko kritis ini adalah kombinasi antara perubahan iklim dan praktik pertanian yang tidak berkelanjutan. Perubahan iklim berkontribusi melalui kenaikan permukaan air laut yang mengakibatkan intrusi air asin ke lahan pertanian di wilayah pesisir. Sementara itu, praktik irigasi yang tidak efisien dengan air yang mengandung garam tinggi, drainase yang buruk, dan penggunaan pupuk kimia berlebihan tanpa manajemen yang tepat, mempercepat akumulasi garam di lapisan tanah.
Untuk menghadapi risiko kritis salinisasi tanah, diperlukan upaya kolektif dan strategi yang inovatif. Ini termasuk:
- Pengembangan Varietas Tanaman Toleran Garam: Melalui penelitian dan pengembangan, menciptakan varietas tanaman yang mampu tumbuh dan berproduksi di kondisi tanah dengan kadar garam tinggi.
- Manajemen Air yang Efisien: Mengadopsi teknologi irigasi presisi seperti irigasi tetes untuk meminimalkan penggunaan air dan mencegah akumulasi garam.
- Perbaikan Sistem Drainase: Membangun atau memperbaiki sistem drainase untuk memastikan kelebihan garam dapat tercuci dari tanah.
- Penerapan Pertanian Berkelanjutan: Mendorong praktik-praktik seperti rotasi tanaman, penggunaan pupuk organik, dan pengelolaan tanah yang bijaksana.
Dengan memahami dan bertindak atas risiko kritis ini, kita dapat melindungi lahan pertanian, menjaga ketahanan pangan, dan memastikan masa depan agrikultur yang lebih stabil bagi semua.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.