Press "Enter" to skip to content

Petani Cabai di Jawa Tengah Bagikan Pengalaman Pahit Saat Terancam Gagal Panen

Kekhawatiran mendalam menyelimuti wajah Bapak Ahmad, seorang petani cabai berusia 55 tahun di Desa Suka Makmur, Jawa Tengah. Hujan deras yang mengguyur wilayahnya selama beberapa minggu terakhir menyebabkan lahan cabainya terendam air. Sebagai petani cabai yang menggantungkan hidup pada hasil panen, ancaman gagal panen kali ini membuatnya sangat cemas.

“Ini adalah musim tanam yang sulit,” ujar Bapak Ahmad saat ditemui di lahan cabainya pada Rabu, 7 Mei 2025. “Biasanya, bulan-bulan ini adalah masa panen raya. Namun, lihatlah, air masih menggenangi sebagian besar lahan. Cabai-cabai mulai membusuk.”

Menurut penuturan Bapak Ahmad, curah hujan yang tinggi di bulan April dan awal Mei di luar perkiraan. Sistem drainase yang ada tidak mampu menampung volume air yang begitu besar. Akibatnya, tanaman cabai yang seharusnya sudah berbuah lebat kini layu dan sebagian mati.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Makmur Jaya, Bapak Budi Santoso, S.P., saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon pada Kamis, 8 Mei 2025, membenarkan adanya laporan mengenai dampak buruk cuaca terhadap lahan pertanian di beberapa wilayah, termasuk yang dialami oleh petani cabai. Pihaknya telah menerjunkan tim untuk melakukan pendataan dan memberikan pendampingan kepada para petani.

“Kami sangat prihatin dengan kondisi yang dialami para petani, terutama petani cabai. Tim kami sedang bekerja di lapangan untuk mengidentifikasi tingkat kerusakan dan mencari solusi yang tepat,” jelas Bapak Budi. Beberapa langkah antisipasi yang tengah dipertimbangkan antara lain pemberian bantuan bibit unggul tahan air dan sosialisasi teknik budidaya yang adaptif terhadap perubahan iklim.

Bapak Ahmad sendiri mengaku telah mencoba berbagai cara untuk menyelamatkan tanaman cabainya, mulai dari membuat saluran air tambahan hingga memberikan pupuk khusus. Namun, upaya tersebut belum membuahkan hasil yang signifikan. Kerugian yang dialaminya diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah, meliputi biaya pembelian bibit, pupuk, dan tenaga kerja.

Kisah Bapak Ahmad ini hanyalah satu dari sekian banyak pengalaman pahit yang dialami oleh petani cabai di berbagai daerah saat menghadapi tantangan cuaca ekstrem. Ketidakpastian iklim menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan pertanian dan kesejahteraan para petani. Diharapkan, pemerintah dan pihak terkait dapat memberikan solusi jangka panjang untuk membantu petani mengatasi permasalahan ini dan menjaga stabilitas produksi cabai di masa depan.

Pihak kepolisian dari Sektor Pertanian Polres Makmur Jaya juga turut memantau situasi di lapangan untuk mengantisipasi dampak sosial dan ekonomi akibat gagal panen ini. IPTU Joni, Kepala Seksi Humas Polres Makmur Jaya, menyatakan bahwa pihaknya siap berkoordinasi dengan dinas terkait untuk memberikan bantuan keamanan dan ketertiban jika diperlukan.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.