Kabar duka kembali menghantam para petani di Aceh Barat. Kawanan gajah liar dilaporkan kembali memasuki dan merusak lahan perkebunan milik warga di Desa Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir, menyebabkan kerugian materi yang signifikan dan menimbulkan keresahan mendalam di tengah masyarakat. Insiden yang terjadi pada Jumat (19/4/2025) ini menambah panjang daftar konflik antara manusia dan satwa liar yang dilindungi di provinsi ujung barat Indonesia ini.
Menurut pantauan Antara Foto, kerusakan yang ditimbulkan oleh kawanan gajah liar ini cukup parah. Tidak hanya tanaman kelapa sawit yang menjadi sumber penghasilan utama petani yang luluh lantak, tetapi juga tanaman produktif lainnya seperti pinang dan karet ikut menjadi sasaran amukan satwa bertubuh besar tersebut. Diperkirakan, ratusan hektar lahan perkebunan warga terancam akibat serangan gajah liar yang terus berulang.
Kejadian ini bukan kali pertama terjadi di Desa Suak Puntong dan wilayah Aceh Barat secara umum. Dalam beberapa waktu terakhir, intensitas interaksi negatif antara gajah liar dan perkebunan warga cenderung meningkat. Diduga kuat, penyusutan habitat alami gajah akibat alih fungsi lahan menjadi salah satu pemicu utama situasi ini. Kawanan gajah yang kehilangan sumber pakan di hutan mencari makan di area perkebunan yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan.
Petani setempat mengungkapkan rasa frustrasi dan kekhawatiran mereka. “Kami sudah sering menghalau, tapi gajah-gajah itu terus datang dan merusak kebun kami. Ini satu-satunya mata pencaharian kami,” ujar salah seorang petani dengan nada putus asa seperti yang terekam dalam laporan Antara Foto. Mereka berharap adanya solusi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan dari pemerintah dan pihak terkait untuk mengatasi konflik ini.
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat melalui dinas terkait dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh telah berupaya melakukan berbagai langkah mitigasi, seperti penghalauan dan sosialisasi kepada masyarakat. Namun, upaya ini belum sepenuhnya efektif dalam mencegah gajah liar memasuki area perkebunan dan menimbulkan kerugian yang terus berulang.
Konflik antara gajah liar dan manusia di Aceh Barat menjadi perhatian serius yang membutuhkan penanganan segera dan terpadu. Upaya konservasi habitat gajah, penataan ruang yang mempertimbangkan jalur perlintasan satwa, serta solusi mitigasi konflik yang efektif menjadi kunci untuk menciptakan harmoni antara manusia dan alam di Bumi Serambi Mekah.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.